MINGGU III PRAPASKAH
Kamis, 31 Maret 2022


Renungan Pagi
KJ. 158 : 1,2 – Berdoa
DOMBA YANG HILANG
Matius 18 : 12 – 14Â
Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang (ay.14)Â
Meninggalkan yang sembilan puluh sembilan dan mencari yang satu orang adalah perhitungan yang salah menurut manusia. Sebab jelas sembilan puluh sembilan tentu lebih banyak secara kuantitas dan barangkali juga kualitas jika dibandingkan dengan satu orang. Memberikan perhatian kepada yang sembilan puluh sembilan yang tinggal di rumah, anak-anak manis yang tidak bandel, jauh lebih baik daripada memberikan perhatian kepada satu anak bandel, nakal dan susah diatur. Menurut perhitungan manusia, lebih baik memelihara yang ada daripada menghabiskan waktu (wasting time) untuk mengurus orang yang sudah tidak mau diatur. Biarkan dia berjalan sendiri menurut apa yang diinginkan dan kalau hancur atau binasa itu karena salah sendiri. Gereja masih mempunyai sembilan puluh sembilan sehingga apabila hanya satu orang yang hilang, gereja tidak terlalu kehilangan, masih banyak yang tinggal. Gereja tidak rugi hanya karena kehilangan seorang anak nakal atau seekor domba yang bandel.
Perhitungan Tuhan bukan perhitungan matematis seperti manusia. Perhitungan Tuhan bukan banyak-sedikit, besar-kecil, kuantitas dan kualitas, tetapi perhitungan Tuhan diwarnai oleh cinta kasih yang mendalam. Hanya cinta kasih yang sejati mau mencari dan mendapatkan yang hilang. Bapa di sorga tidak menghendaki seorangpun dari anak-anaknya hilang. ltulah yang harus dibuat gereja hari ini, mengikuti cara bertindak yang didasarkan kepada cinta kasih yang tulus.
Di mata Yesus gembala yang baik, setiap orang berharga dan sangat dicintai. Orang-orang kecil, tercecer, marginal dan tidak dihargai, orang-orang seperti itu sangat mendapat tempat di dalam karya dan pelayanan Yesus. la bahkan mengindentikkan diri dengan yang lapar, haus, telanjang, terpenjara dst. Sabda Yesus hanya orang sakit yang membutuhkan dokter.
GB. 63 : 1,4Â
Doa : (Bapa tolonglah kami agar berani meninggalkan yang sudah aman dan mencari yang masih rawan)
MINGGU III PRAPASKAH
Kamis, 31 Maret 2022


Renungan Malam
GB. 273 : 1,3 – Berdoa
DISIPLIN GEREJA
Matius 18 : 15 – 20Â
Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga (ay.18)Â
Gereja sebagai persekutuan orang percaya bukanlah tanpa aib dan noda. Banyak sekali persoalan dan manusia bermasalah ada di dalam gereja. Kehadiran mereka di dalam gereja seringkali membawa perpecahan dan keretakan. Kehadiran aib dan nista yang membuat banyak umat Tuhan di dalam gereja terkontaminasi. Masalahnya ialah bagaimana sikap gereja terhadap orang-orang seperti ini. Biasanya ilalang dan gandum tumbuh bersama-sama, sehingga untuk mencabut ilalang dari gandum bukanlah pekerjaan gampang. Wewenang ada di dalam tangan Tuhan. Tetapi keretakan dan pertentangan atau aib di dalam gereja harus diatasi atau paling tidak diminimalisasi. Sebab apabila orang-orang seperti ini dibiarkan terus bermanuver di dalam gereja, maka lama kelamaan gereja terancam kehilangan identitasnya. Gereja akan terkontaminasi dengan nilai-nilai penghancur dan nilai-nilai luhur ditolak.
Untuk itu gereja diberikan wewenang yang besar agar menangani atau mengatasi masalah ini. Dengan kata lain, gereja diberi wewenang untuk mengadakan aturan yang ketat. Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Tetapi masalahnya ialah, apabila gereja diberikan wewenang yang besar, maka ia juga diberikan tanggungjawab yang besar. Apakah keputusan yang dibuat gereja sudah bertanggungjawab ataukah sewenang-wenang, dengan kata lain, dalam menjalankan disiplin tidak boleh ada penyalahgunaan kekuasaan.
Dalam perikop ini disiplin gereja dilaksanakan setelah melewati proses panjang dan hati-hati (ayat 16,17). Augustinus bapa gereja itu mengatakan: disiplin adalah seperti pisau bedah, mengeluarkan penyakit agar pasien itu sembuh. Jangan sampai disiplin digunakan sebagai pisau jagal yang membantai dan membinasakan. Disiplin dipergunakan untuk memperbaiki yang rusak, menyembuhkan bukan mematikan.
KJ. 252 : 1,6
Doa : (Bapa, tolonglah kami agar kami mempergunakan wewenang yang Tuhan berikan kepada kami dengan penuh kasih dan tanggungjawab)