MINGGU XIII SESUDAH PENTAKOSTA
Kamis, 3 September 2020


Renungan Pagi
KJ. 426 : 1 – Berdoa
SUKACITA BAGI BANYAK ORANG
Kidung Agung 3 : 6 – 11
“puteri-puteri Sion, keluarlah dan tengoklah raja Salomo,…” (ay. 11)
Kehadiran dalam sebuah ibadah pemberkatan perkawinan dan resepsi perkawinan sesungguhnya memiliki makna penting selain memenuhi undangan mempelai. Salah satunya yaitu ada sukacita dan kebahagiaan yang dicurahkan dan melingkupi perayaan tersebut, baik bagi kedua mempelai maupun bagi semua orang yang hadir. Kebahagiaan ini menjadi kekuatan sekaligus semangat mulia mengantarkan kedua mempelai melangkah dalam kehidupan baru yang menjadi pilihan mereka. Jadi siapakah yang berbahagia? Ternyata dalam pesta perkawinan kebahagiaan dicurahkan kepada semua orang, yang dimulai sejak kekuatan cinta yang mempertemukan kedua mempelai. Berasal dari manakah kebahagiaan itu? Tentu saja kasih karunia Allah yang memberkati kedua mempelai itulah sumber dan landasan kebahagiaan.
Â
Kitab Kidung Agung yang kita baca hari ini, menunjukkan bahwa kebahagiaan itu tidak hanya dialami oleh raja Salomo. Kebahagiaan, sukacita dan semangatjuga dialami oleh umat Israel yang ada di Yerusalem. Seluruh rakyat akan ikut bersukacita dan bahagia ketika melihat raja Salomo diiringi oleh para pengiring di hari perkawinannya. Kebahagiaan dirasakan oleh semua orang karena perkawinan dilakukan dengan cara yang benar. Kita mengingat bagaimana Yohanes menegur raja Herodes Antipas yang menikahi istri saudaranya (Luk. 3:21).
Â
Perbuatan Herodes mungkin saja menyenangkan dirinya, tapi bagi komunitas beriman perbuatannya membawa kegelisahan, merusak semangat dan melanggar hukum Yahudi. Karena itu marilah kita mempersiapkan segala rencana perkawinan kita sebaik-baiknya. Sebab ada rencana Tuhan yang hendak diwujudkan melalui setiap perkawinan yaitu menghadirkan sukacita dan kebahagiaan bagi umat manusia. Selamat mempersiapkan perkawinan dengan baik dan benar.
KJ. 426 : 2
Doa : (Tuhan Yesus Juruselamat kami, tuntun umat-Mu agar dapat mempersiapkan dan melaksanakan perkawinan dengan baik dan benar, serta menghadirkan sukacita bagi banyak orang)
MINGGU XIII SESUDAH PENTAKOSTA
Kamis, 3 September 2020


Renungan Malam
GB. 117 : 5 – Berdoa
UCAPKAN KATA-KATA YANG MANIS
Kidung Agung 5 : 9 – 16
“Kata-katanya manis semata-mata, segala sesuatu padanya menarik” (ay. 16a)
Ada peribahasa mengatakan “manis mulutnya bercakap, tetapi di dalam bagai empedu”. Artinya, perkataan yang manis-manis biasanya berisi tipuan. Kata-kata semacam ini biasanya diucapkan oleh orang yang tidak memiliki cinta sejati. Berbeda dengan ungkapan cinta kasih orang yang memiliki cinta sejati. Kata-katanya manis semata-mata dan menarik untuk didengar oleh pasangannya.
Â
Bacaan kita hari ini hendak menyatakan betapa baiknya dan sedapnya mendengar perkataan yang keluar dari mulut sang kekasih yang memiliki cinta sejati dan tulus. Hasilnya mempelai perempuan memuji-muji kekasihnya sebab melalui perkataanya sang kekasih selalu menarik, diinginkan, menghadirkan semangat dan membawa sukacita. Menjadi kekasih yang sangat diinginkan atau dirindukan, ternyata tidak terlalu menyulitkan. Menurut Kitab Kidung Agung, kata yang manis dan tulus keluar dari hati adalah kekuatan yang selalu dirindukan oleh setiap kekasih. Tetapi kata-kata manis yang berisi tipu semu pasti menuai penolakan dan menghancurkan relasi cinta kasih.
Â
Sekarang ini kita banyak memanfaatkan media sosial sebagai sarana memantapkan eksistensi kita. Bagaimana caranya supaya eksistensi kita dirindukan orang? Caranya berkata-katalah yang manis, artinya jangan berkata kasar atau kata menyakiti atau membully orang lain; bukan juga kata manis untuk menipu. Kata manis yang dimaksudkan yaitu kata-kata yang menguatkan, memuji, mendorong, memberi semangat dan meneduhkan akan membantu menggairahkan kehidupan orang Iain, itulah cara yang tepat untuk eksis di media sosial dengan baik dan benar. Ketika Tuhan Yesus bertemu dengan orang-orang yang membutuhkan pertolongan, kata-kata-Nya selalu menyemangati. Misalnya : imanmu telah menyelamatkan engkau (Mat. 9:22). Oleh sebab itu mari kita belajar menggunakan kata-kata yang manis dan tulus. Kata-kata seperti itu tidak hanya membuat orang dirindukan, tetapi juga menimbulkan semangat dan memulihkan orang susah. Itulah salah satu teladan dan ajaran cinta kasih Kristus kepada kita semua.
GB. 117 : 8
Doa : (Bapa kami, kami yang belajar berkata yang baik ini, mohon curahan Roh Kudus-Mu agar sungguh-sungguh melakukannya)