MINGGU IV SESUDAH PASKAH
Selasa, 27 April 2021
Renungan Pagi
KJ. 441 : 1 – Berdoa
RESTORASI SETENGAH HATI
2 Raja-Raja 12 : 1 – 8
Namun demikian, bukit-bukit pengorbanan tidaklah dijauhkan. Bangsa itu masih mempersembahkan korban dan membakar korban di bukit-bukit itu. (ay. 3)
Dalam proses pembinaan dalam rangka perupaan menjadi Pelayan Firman dan Sakramen GPIB, ada sebuah nasihat penting yang sering disampaikan. Nasihat itu adalah agar dapat melakukan tugas pelayanan dengan sepenuh hati karena Tuhan mengasihi dan memilih pelayan-Nya dengan sepenuh hati. Sepenuh hati menandakan kesungguhan dalam menerima panggilan dan pengutusan sekaligus juga menandakan kesediaan mengikut Kristus dengan segala konsekuensinya dengan penuh sukacita dan bertanggung jawab. Tanpa sepenuh hati, bisa-bisa seorang pelayan akan mangkir dari penugasan awal di Pos Pelkes atau undur diri ketika berjumpa tantangan-tantangan di dalam pelayanan.
Yoas, raja Yehuda, memerintah selama empat puluh tahun sejak ia berusia tujuh tahun. Beberapa raja sebelumnya melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Yoas tidaklah demikian. Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, selama imam Yoyada masih hidup. Namun hal fatal yang dilakukannya adalah membiarkan rakyat Yehuda melakukan pemberian korban di bukit-bukit pengorbanan. Renovasi rumah Tuhan yang dicanangkannya pun tak berjalan. Ia tak melakukan pengawasan atas proses itu. Ia pun terkesan menyetujui saja ketika para imam tidak lagi terlibat dalam upaya perbaikan rumah Tuhan. Yoas, terkesan baik di awal tetapi hanya setengah hati saja sehingga restorasi bangsa tidak berjalan dengan semestinya.
Mengawali kehidupan di hari baru ini kita diingatkan untuk melakukan panggilan dan pengutusan Tuhan dengan sepenuh hati, di mana pun dan sebagai apapun. Sepenuh hati berperan sebagai suami-istri, orang tua, anak, pelajar-mahasiswa, pekerja-pengusaha, juga sebagai pelayan-pelayan-Nya. Sebagaimana Tuhan memba-harui dan memberkati kita dengan sepenuh hati, kita diingatkan untuk dengan sepenuh hati mempersembahkan seluruh langkah kehidupan kita di hari ini untuk kemuliaan nama-Nya.
KJ. 441 : 2
Doa : (Ya Tuhan, kami hendak mempersembahkan hidup kami dengan sepenuh hati hanya demi kemuliaan nama-Mu)
MINGGU IV SESUDAH PASKAH
Selasa, 27 April 2021
Renungan Malam
KJ. 406 : 1 – Berdoa
RENOVASI NIRSUBSTANSI
2 Raja-Raja 12 : 9 – 16
mereka memakainya juga bagi pembelian kayu dan batu pahat untuk memperbaiki rumah TUHAN dan bagi segala pengeluaran untuk memperbaiki rumah itu (ay. 12b)
Pembangunan maupun renovasi gedung gereja tentu merupakan hal penting dan baik untuk dilakukan. Substansi gedung gereja adalah agar orang orang percaya dapat mengalami perjumpaan dengan sang Khalik secara komunal melalui proses ritual sehingga setiap orang percaya dapat menjalankan panggilan dan pengutusannya di tengah realitas sosial melalui ibadah aktual. Begitu pentingnya substansi keberadaan sebuah gedung gereja, maka perencanaan, pembiayaan dan proses pembangunan maupun renovasi sebuah gedung gereja sejatinya memasukkan faktor ketulusan, kebenaran dan kejujuran yang dipersembahkan hanya bagi kebesaran nama Tuhan semata. Tanpa itu, proses yang terjadi mengalami nirsubstansi atau ketiadaan/kehilangan substansi.
Dalam bacaan ini diceritakan, proses renovasi rumah Tuhan tetap dilangsungkan meski para imam tidak jadi terlibat secara langsung. Prosesnya berjalan dengan teratur. Uang yang terkumpul dihitung oleh panitera dan imam besar lalu diserahkan pada para pengawas pembangunan dan untuk diteruskan kepada para tukang. Bahan-bahan juga dipersiapkan dan dibeli dengan teliti. Tukang-tukang pun bekerja dengan jujur. Sepertinya tidak ada yang perlu dipersoalkan. Namun ketika sang pemimpin (Yoas) melakukan proses restorasi bangsa dengan setengah hati, maka renovasi tersebut menjadi nirsubstansi. Ia tidak membawa dampak apa-apa. Terbukti, bangsa Yehuda kemudian meninggalkan rumah itu dan beribadah kepada tiang-tiang dan patung-patung berhala setelah renovasi usai (2 Taw. 24:18).
Pembangunan maupun renovasi sebuah “rumah” Tuhan tentulah penting. Namun jauh lebih penting ketika seluruh umat dan prosesnya benar-benar dilandasi substansi terkait keberadaan “rumah” tersebut. Itu berarti, perencanaan, proses pembangunan/-renovasi, dan penggunaannya benar benar didasari dari hati yang hanya ingin nama Tuhan saja yang diagungkan dan bukan hal-hal di luar itu. Di luar itu berarti hanyalah atraksi nirsbubstansi.
KJ. 406 : 2
Doa : (Ya Tuhan, ajarkan kami untuk membangun seluruh kehidupan kami dengan dasar kebenaran dan iman yang teguh)
