HARI MINGGU XXI SESUDAH PENTAKOSTA
Minggu, 25 Oktober 2020
Renungan Pagi
KJ. 448 : 1, 3 – Berdoa
IMAN YANG HIDUP
Ibrani 11 : 1 – 7
“Iman adalah dasar darl segala sesuatu….” (ay. 1)
Pembaca surat Ibrani adalah umat yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Mereka mengalami perlakuan kejam akibat iman mereka. Perlakuan tersebut antara lain : penyitaan harta tidak bergerak, penghinaan di depan umum, penyiksaan, bahkan penjara. Pada awalnya mereka menerima penganiayaan itu dengan sabar, bahkan tetap bersukacita. Namun demikian, ketika waktu bergulir terus dan pencobaan itu terus berlangsung, beberapa orang warga jemaat mulai gundah dan berkecil hati. Kepada mereka yang berkecil hati dan mulai bimbang ini, Ibrani pasal 11 memberikan dorongan yang mengobarkan semangat mengenai iman yang sejati itu.
Ungkapan “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” dalam ayat 1, memberikan pencerahan kepada pembaca surat Ibrani, bahwa kesulitan, aniaya bahkan penderitaan yang sedang mereka alami harus dilihat dari sudut positif yaitu iman kepada Tuhan. Artinya, iman atau keyakinan kepada Tuhan itu merupakan titik pijak dalam menjalani hidup yang penuh harapan, meskipun kenyataan hidup berat dan sulit harus dilalui. Maksudnya, penderitaan dan kesulitan yang dihadapi itu tidak akan memadamkan harapan yang muncul karena iman kepada-Nya. Selain itu, juga ditegaskan, bahwa iman merupakan bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat atau masih rahasia. Walau segala sesuatu tidak dilihat dan masih rahasia, namun iman yang dimiliki sudah menjadi bukti untuk menjalani hidup dengan penuh keyakinan dan harapan. Guna membuktikan kebenaran pemahaman mengenai iman tersebut, diberikanlah bukti-bukti dari perjalanan kehidupan beberapa orang yang hidup oleh dan didalam iman dari Perjanjian Lama (ayat 4-40).
Gambaran keimanan yang diberikan Ibrani 11 dan disertai dengan contoh saksi-saksi iman, memang bukan hal yang mudah dipahami. Di satu sisi, iman membawa kita kepada kemenangan dan kejayaan. Di sisi lain, iman juga menuntut ketetapan hati yang berani untuk bertahan berapapun harga yang harus dibayar.
Menjelang perhelatan Persidangan Sinode GPIB ke XXI di Surabaya dan menyambut HUT ke 72 GPIB tanggal 31 Oktober 2020, marilah kita hidup oleh dan di dalam iman, serta mewujudkannya secara nyata melalui perilaku. Marilah menata hidup bersama dengan lebih baik lagi, di tengah tantangan dan kesulitan yang dialami. Dengan demikian kita dapat menjadi Gereja yang membawa damai sejahtera Allah bagi seluruh ciptaan.
KJ. 308 : 1-2
Doa : (Tuhan mohon bimbing kami untuk hidup oleh dan didalam iman)
HARI MINGGU XXI SESUDAH PENTAKOSTA
Minggu, 25 Oktober 2020
Renungan Malam
KJ. 408 : 1, 2 – Berdoa
MENANTI
Ibrani 11 : 8 – 12
“Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar…” (ay. 10)
Jika ada sesuatu yang pantas ditunggu dalam hari-hari kehidupan kita maka hal apakah itu? Setiap orang selalu memiliki satu atau lebih hal yang ditunggu. Sesuatu yang dinanti itu ada yang hampir pasti terjadi, maupun yang jauh dari kepastian. Penantian sering menggelisahkan karena yang dinantikan selalu peristiwa yang penting dan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Disinilah persisnya letak ketegangan atau kerisauan saat menunggu, karena masa depan bukan milik kita. Masa depan bisa diprediksi atau diramal berdasarkan peristiwa maupun data masa lalu dan kini, tetapi hanya sebatas perkiraan.
Masa depan senantiasa identik dengan ketidakpastian, namun satu hal yang pasti bahwa Tuhan punya rencana atas hidup kita. Tidak ada apapun yang dapat mengubah rencana-Nya. Namun demikian, apakah kita bisa tahu rencana Tuhan? Tidak ! Kecuali Tuhan yang menyingkapkannya. Apakah itu masalah? Jika dipikirkan sebagai persoalan, maka itu membingungkan dan membuat gamang untuk melangkah ke depan. Sebaliknya, akan melegakan, jika tidak dipikir sebagai masalah. Sebab hal yang kita lakukan dalam proses menanti rencana Tuhan. Saya lebih penting dari pada mencoba mencari tahu apa rencana-Nya. Karena dalam hidup ini ada hal-hal yang berada di luar kendali kita, dan sepenuhnya menjadi kewenangan Tuhan.
Namun demikian kita dapat memilih untuk percaya, setiap iman senantiasa menghasilkan harapan dan kelegaan. Itulah yang dilakukan Abraham ketika dia dipanggil keluar dari Haran tanpa mengetahui tempat yang dituju, Abraham berpegang teguh dalam keyakinan pada rencana Tuhan yang akan memberi dia suatu tempat
ataupun kota. Karena itu sebagai orang percaya, baiklah kita fokus pada apa dan bagaimana berproses dalam terang Firman Tuhan ketika menanti penggenapan rencana-Nya. Mari melakukan dan menjalani semua itu dengan iman yang teguh.
KJ. 408 : 3
Doa : (Tuhan Yesus, mohon nyatakanlah kehendak-Mu dan bawalah hidupku ke mana pun Engkau rencanakan)
