MINGGU VII SESUDAH EPIFANI
Sabtu, 26 Februari 2022

Renungan Pagi

GB. 24 : 1,2 – Berdoa

KOMITMEN SEUMUR HIDUP

Yosua 24 : 14 – 18 

Lalu bangsa itu menjawab: “Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!” (ay.16) 

Dalam hidup bermasyarakat, kita bertemu dengan banyak orang dari beragam kepercayaan dan status sosial. Sekarang media sosial jadi sarana pertemuan insan dari berbagai penjuru bumi. Mereka mengunggah narasi positif dan negatif. Ada yang sengaja menyebar kebencian dan merusak hidup orang lain. Yang lain, dengan santun mem produksi narasi bersahabat dan memperkokoh nilai kemanusiaan. Salah menyerap nilai dapat berakibat pada kehancuran keluarga.

Berkomitmen sebagai bangsa yang mengasihi Tuhan adalah sikap terpuji. Bangsa Israel berkomitmen, ketika Yosua menyatakan komitmen pribadi dan keluarganya untuk setia beribadah kepada Tuhan. Kebaikan Tuhan itu sungguh luar biasa. Umat hanya dapat mem balasnya dengan beribadah segenap hati baik. Sebaliknya, ketika umat tidak setia, maka mereka akan menghadapi celaka dan kebinasaan. Pilihan untuk setia beribadah adalah keputusan yang mengikat seumur hidup. Mereka yang berjanji menjadi saksi atas apa yang mereka katakan sendiri. Dengan berkomitmen, bangsa ini memproklamirkan kepercayaan mereka kepada bangsa-bangsa Iain. Tuhan dipermuliakan saat umat setia beribadah dan bertindak padajalan yang benar.

Percaya kepada Tuhan Yesus bukan hanya soal batin, tetapi juga menyangkut perilaku. Perilaku ibadah ritual dan aktual, harus berkelindan atau kait mengait. Masa pandemi bukan jadi alasan menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Kesungguhan beribadah menjadi bukti kasih kita kepada kebaikan Tuhan Yesus yang tak terbandingi. Lalu mengapa bisa terjadi anggota keluarga menyangkal nama Tuhan Yesus? Boleh jadi bukan disebabkan pengaruh dari luar, tetapi karena Iemahnya komitmen di dalam keluarga sendiri. Jika kerja jadi segala-galanya, maka Tuhan jadi urutan paling buncit (belakang). Jika bisnis jadi prioritas, maka doa menempati posisi juru kunci. Ayo perbaiki ibadah kita kepada-Nya dan utamakan Tuhan dalam segala hal.

GB. 24 : 3

Doa : (Mohon bimbinglah kami, ya Roh Kudus menjadi keluarga yang setia beribadah dan mengikuti perintah Tuhan dalam interaksi dengan saudara yang berkepercayaan Iain)

MINGGU VII SESUDAH EPIFANI
Sabtu, 26 Februari 2022

Renungan Malam

GB. 69 : 1 – Berdoa

PELAKU IBADAH, PELAKU FIRMAN

Yosua 24 : 19 – 28 

Lalu jawab bangsa ltu kepada Yosua: “Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan” (ay.24) 

Semangat beribadah di masa pandemi, tetap bergelora. Pandemi tidak menyurutkan umat dalam ibadah. Ibadah-ibadah daring dapat kita temukan dalam aplikasi YouTube. Kita pun terlibat dalam aktivitas peribadahan daring sebagai upaya terbaik mencegah penularan Covid-19. Berbagai gereja terlibat aktif dalam layanan ibadah daring dengan tampilan menarik. Kegairahan dalam beribadah terus ditularkan kepada sebanyak mungkin orang, tidak lagi terbatas bagi kalangan jemaat sendiri. Pertanyaannya, apakah maraknya layanan ibadah daring jadi pembuktian, bahwa mereka yang disapa turut menjadi pelaku firman Tuhan dalam keseharian hidupnya?

Yosua mempertanyakan komitmen bangsanya untuk setia beribadah. Kemungkinan bangsa Israel murtad terbuka lebar, sebab lingkungan budaya Kanaan dapat menggerus keyakinan mereka. Tantangan besar terbentang. Daya pikat bangsa Kanaan bisa membuat mereka terjatuh dan malah menjadi pengikut dewa baal. Yosua tidak dapat bermUka manis untuk perkara fundamental. Dengan tegas Yosua menjelaskan akibat serius, jika mereka tidak setia. Tuhan itu tidak pandang bulu. Yang tidak setia beroleh hukuman. Mereka tidak bisa bersikap mendua hati. Pilih salah satu saja. Mereka memilih hanya beribadah kepada Tuhan dengan mendengar dan melakukan perintah-Nya.

Peringatan untuk setia beribadah dapat terkikis, karena: 1) kurangnya aktivitas persekutuan dengan Tuhan di rumah secara bersama; 2) tidak ada waktu bersaat teduh pagi; 3) membaca Alkitab jadi kegiatan rohani yang terjadi sekali seminggu, itupun jika sempat beribadah. Saat makan, tidak ada lagi doa keluarga sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. Kita sekeluarga diberi peringatan yang sama untuk jadi pelaku ibadah dan sekaligus pelaku firman Tuhan. Sebelum terlambat, mari perbaiki hidup ibadah kita yang pasang surut. Mulailah dari sekarang dan jangan ditunda-tunda lagi.

GB. 69 : 2

Doa : (Syukur kami atas cara Tuhan mengingatkan untuk setia beribadah. Mohon berikanlah kami kesatuan roh, supaya saling memperhatikan dalam kasih Kristus)

Scroll to Top