MINGGU IV SESUDAH EPIFANI
Selasa, 2 Februari 2021

Renungan Pagi

GB. 226 : 1 – Berdoa

WASPASAILAH KEMUNAFIKAN

Markus 12 : 28 – 40

“Dalam pengajaran-Nya Yesus barkata “Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakal jubah panjang dan suka menerima penghormatan dl pasar” (ay. 38)

Ada ungkapan bijak dalam Bahasa Jawa yang mengatakan “Ajining dhiri ana ing lathi, Ajining raga ana ing busana” (Harga diri terietak pada lisan (lidah), harga badan terletak pada busana yang dikenakan). Ungkapan ini sejalan dengan pemikiran orang Jawa yang mengedepankan nilaii-nilai kesopanan (Etika), dimana penghargaan terhadap seseorang itu lahir dari cara mereka berprilaku, tutur kata dan berbusana. Setiap orang harus berhati-hati dalam berkata-kata karena perkataan itu memperhadapkan mereka pada tanggung-jawab yang dihubungkan dengan prilaku atau perbuatan. Sungguh indah kalau orang memaharni dan melakukan pernyataan tersebut. Namun diakui tidaklah mudah dilakukan. Semua ucapan yang indah bisa dikatakan oleh manusia, tetapi belum tentu dilakukannya. Dalam bacaan kita Yesus dengan keras menasihati agar mewaspadai Taurat yang kata-katanya terdengar meyakinkan dan busananya terlihat seperti orang suci namun sikap dan prilakunya membuat banyak orang dirugikan (munafik). Sikap dan perilaku mereka yang munafik memperhadapkan mereka pada hukuman yang lebih berat daripada mereka yang tidak pernah berdoa.
 
Sadar atau tidak sehari-hari kita melihat dan mendengar kemunafikan disekeliling kehidupan kita. Saat ini kita juga diperingatkan oleh Yesus bahwa la sangat membenci kemunafikan. Sebagai pengikut Kristus jangan berprilaku seperti orang yang munafik. Jangan menjadi pengikut Kristus lewat perkataan saja, tetapi sikap hidup kita seperti orang yang tidak mengenal Tuhan. Ingatiah Tuhan kelak akan menuntut pertanggung-jawaban kita.

GB. 226 : 3

Doa : (Ya Tuhan mampukanlah kami menjadi pengikut-Mu bukan hanya lewat kata, tapi juga lewat perbuatan, pemikiran dan kesungguhan hati kami)

MINGGU IV SESUDAH EPIFANI
Selasa, 2 Februari 2021

Renungan Malam

KJ. 387 : 1 – Berdoa

TIDAK DENGAN SETENGAH HATI

Markus 12 : 41 – 44

“Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini mernberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya” (ay. 44)

Dalam suatu komunitas, seseorang akan dihargal jika mampu memberikan sumbangan atau donasi yang besar jumlahnya dalam bentuk barang, uang atau apapun yang baik. Berbeda dengan ukuran yang dipakai Allah untuk menilai apakah pemberian umat itu berharga atau tidak. Allah tidak menilai kapasitas (berapa besar) dan kuantitas (berapa banyak). Allah menilai totalitas atau kesungguhan dan ketulusan hati dari orang yang memberi kepada-Nya.
 
Hal ini tampak dalam perikop bacaan kita maiam ini, ketika Yesus membandingkan pemberiaan orang kaya dan janda miskin. Yesus menilai pemberian janda miskin itu lebih besar dari orang-orang kaya. Bukan karena janda ini memberi dengan jumlah lebih banyak atau lebih besar, tetapi dia memberi dari keseluruhan uang yang dia miliki saat itu. Sebaliknya orang-orang kaya itu memberikan jauh lebih besar jumlahnya dari pada janda miskin, tetapi mereka masih menyimpan banyak harta dirumah.
 
Saudaraku, malam ini kita diajarkan untuk memberikan yang terbaik kepada Allah, bukan berarti harus habis-habisan dan tidak menyisakan apa-apa lagi pada kita, melainkan dengan tulus dan sepenuh hati. Ibu Theresia pernah berkata “Tuhan tidak mempermasalahkan besar atau kecil, pemberianmu kepada diri-Nya, melainkan apakah pemberianmu itu dilandasi dengan kasih atau tidak. Lebih baik memberi sedikit tetapi dengan kasih yang besar dari pada memberi banyak tetapi tanpa kasih”. Yesus sudah memberikan yang terbaik bagi kita, apakah sepanjang hari ini kita sudahmemberikan yang terbaik kepada Allah yang didasari oleh kasih?

KJ. 387 : 2

Doa: (Terima kasih ya Tuhan buat pemberian-Mu yang terbaik yaitu Putra-Mu Yesus bagi kami, ajarlah kami untuk senantiasa belajar untuk memberi yang terbaik bagi-Mu)

Scroll to Top