HARI MINGGU XVII SESUDAH PENTAKOSTA
Minggu, 19 September 2021

Renungan Pagi

GB. 269 : 1,2 – Berdoa

HIDUP SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Kisah Para Rasul 17 : 1 – 9

…setelah mereka mendapat jaminan dari Yason dan dari saudara-saudara lain, mereka pun dilepaskan (ay. 9)

Aristoteles pernah mengungkapkan sebuah istilah “Zoon Politicon” untuk menyebut manusia sebagai “mahkluk sosial”. Ini merupakan padanan kata dari Zoon yang berarti “hewan” dan politicon yang berarti “bermasyarakat”. Secara harfiah berarti hewan yang bermasyarakat. Dalam pendapat ini, Aristoteles menerangkan, bahwa manusia dikodratkan untuk hidup berma-syarakat dan berinteraksi satu sama lain. Inilah yang menjadi sebuah perbedaan antara manusia dan hewan (sumber: id.m.wikipedia.org). Manusia bisa hidup bersama (bermasyarakat) dan menerima satu sama lain. Namun demikian, manusia dapat juga berlaku seperti hewan yang “memangsa” sesamanya.

Firman Tuhan pagi ini menunjukkan tentang manusia sebagai makhluk sosial yang dapat membuka diri. Hal itu tampak dari diri beberapa orang Yahudi dan Yunani, serta perempuan terkemuka (ay.4). Mereka mau menerima ajaran dari Rasul Paulus dan Silas tentang Mesias yaitu Yesus. Di sisi lain, ada orang orang Yahudi yang berlaku sebaliknya tidak mau membuka diri dan iri hati kepada Paulus dan Silas. Mereka lalu membuat keributan, dengan dibantu oleh beberapa penjahat juga petualang pasar untuk menangkap Paulus dan Silas, tetapi tidak berhasil. Sebab orang banyak itu telah mendengarkan dan mendapat jaminan dari Yason. Mereka pun akhirnya melepaskan Paulus dan Silas. Hal ini menunjukkan, bahwa mereka adalah makhluk sosial yang dapat membuka diri dan menerima keberadaan orang lain, untuk hidup dalam kebersamaan tanpa takut maupun iri hati.

Kita pun sebagai manusia ciptaan Tuhan ditentukan untuk hidup bersama. Tuhan menghendaki kita bersikap menerima satu sama lain, membuka diri sebagai makhluk sosial, hidup bermasyarakat dengan saling memperhatikan, menolong, dan melayani. Marilah kita menjadi “Homo Homini Socius” yang berarti manusia menjadi sahabat bagi sesamanya.

KJ. 429 : 1,3

Doa : (Ya Tuhan, tolong ingatkanlah terus, bahwa kami adalah makhluk sosial yang hidup dengan banyak orang di sekeliling)

HARI MINGGU XVII SESUDAH PENTAKOSTA
Minggu, 19 September 2021

Renungan Malam

KJ. 427 : 1 – Berdoa

KERELAAN HATI

Kisah Para Rasul 17 : 10 – 15

Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya daripada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima Firman itu dengan segala kerelaan hati (ay. 11)

Kerelaan hati berasal dari suku kata “rela”, yang artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu bersedia dengan ikhlas hati, menerima dengan senang hati dan tidak mengharapkan imbalan atau dengan kehendak/kemauan sendiri. Kalau didefinisikan kerelaan hati adalah perbuatan yang dilakukan bukan untuk kepentingan sendiri, namun dengan ketulusan dan keikhlasan tanpa ada paksaan dari siapa pun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka seseorang yang rela hati membutuhkan kebesaran hati untuk menerima dengan segala konsekwensi yang ada dari apa pun yang dilakukannya.

Sikap kerelaan hati inilah yang ditampakkan oleh orang-orang Yahudi di Berea, ketika mereka mendengarkan Firman yang disampaikan oleh para Rasul di Rumah Ibadat. Hati mereka lebih baik daripada orang-orang Yahudi di kota Tesalonika. Dengan kerelaan hati mereka menerima Firman yang disampaikan. Bahkan mereka menyelidiki Kitab Suci setiap hari. Meskipun ada yang menghasut mereka, sehingga menggelisahkan banyak orang, tetapi mereka tidak terlalu terpengaruh. Sebab itu, banyak di antara mereka yang menjadi percaya. Begitu juga perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani juga menjadi percaya.

Sikap kerelaan hati inilah yang perlu kita lakukan sebagai umat Tuhan. Dengan rela hati kita mau terus menyembah Tuhan Yesus. Dengan kerelaan hati kita mau terus membaca, mempelajari dan melakukan Firman Tuhan. Dengan kerelaan hati, kita bisa selalu berbesar hati dan tidak menuntut imbalan, ketika melayani Tuhan. Dengan kerelaan hati, kita tidak mudah terpengaruh dengan hasutan-hasutan yang mengajak untuk iri dan dengki terhadap keberhasilan seseorang atau apapun. Jadi, mari mengembangkan gaya hidup kristiani yang penuh semangat dan kerelaan hati.

KJ. 427 : 2

Doa : (Ya Tuhan, tolong mampukan kami untuk mempunyai sikap kerelaan hati, agar dapat menjadi umat-Mu yang taat dan setia serta selalu membaca Firman-Mu juga melayani-Mu)

Scroll to Top