MINGGU I SESUDAH EPIFANI
Kamis, 14 Januari 2021

Renungan Pagi

KJ. 289 : 1, 2 – Berdoa

KETIKA TUHAN ABSEN, MAKA MANUSIA INGIN MENJADI HOMO DEUS : MARI BERKACA!

Mazmur 104 : 24

Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kau jadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu (ay. 24)

Perkembangan teknologi perlahan-lahan berusaha menggeser Tuhan dari posisi sebagai Pencipta untuk digantikan dengan manusia. Homo Deus, demikian nama manusia yang ingin menggeser posisi Tuhan tersebut dengan rancangan dan hal-hal yang diciptakannya. Homo Deus adalah judul dari satu buku best selling yang ditulis oleh Yuval Noah Harari. Di buku tersebut, Harari menyampaikan potret usaha manusia yang hendak keluar (menjauh) dari penderitaan dengan merancang agenda-agenda yang membuat manusia menjadi superior.
 
Merenungkan Firman Tuhan hari ini menjadi sulit, karena hal itu dilakukan di tengah kompetisi manusia vs Tuhan sebagai pencipta. Bahkan, tidak hanya kompetisi tersebut, ketidakhadiran Tuhan di tengah dunia manusia semakin dirasakan hari demi hari. “Tuhan absen” juga menjadi alasan munculnya hasrat manusia menjadi Homo Deus. Misalnya, banyak doa-doa yang tidak terjawab dari ribuan pasangan yang bertahun-tahun merindukan buah hati, kekhawatiran terhadap masa depan siapa yang merawat buah hati yang memiliki disabilitas di saat orang tua sudah tiada, kualitas dan kuantitas kejahatan yang meningkat tanpa terlihat usaha berarti untuk melawan peningkatan tersebut, dan lainnya.
 
Di tengah kepungan skeptisisme terhadap Tuhan, Firman Tuhan menuliskan “betapa banyak perbuatan-Mu, ya Tuhan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu”. Perikop ini mengajak kita untuk melihat arah lain di saat banyak orang berbicara tentang absensi Tuhan di dalam kehidupan, maupun membahas tentang Homo Deus. Arah Iain itu adalah “betapa banyak perbuatan Tuhan” yang telah kita alami sampai saat ini. Coba cermati dan catat apa yang telah Tuhan perbuat atas diri kita saat mengalami dan melalui kesusahan ataupun kebahagiaan? Temukan, “betapa banyak perbuatan kasih Tuhan” di setiap kesusahan maupun sukacita yang kita alami. Mari berkaca!

KJ. 289 : 5, 9

Doa : (Tuhan, mohon mampukan kami untuk melihat karya perbuatan-Mu didalam kesusahan maupun kebahagiaan)

MINGGU I SESUDAH EPIFANI
Kamis, 14 Januari 2021

Renungan Malam

KJ. 326 : 1, 2 – Berdoa

MEMBACA MAZMUR UNTUK MENJADI PINTAR PLUS

Mazmur 104 : 25 – 26

Lihatlah taut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar (ay. 25)

Di sekitar perairan laut Taiwan, sebuah kapal super tanker berbendera Indonesia sedang melintasi badai yang menyapu laut tersebut. Ketika mesin mati, sang nahkoda kapal berkata dalam hati: “Inilah hari terakhir saya”. Di tengah situasi menakutkan dan putus asa tersebut, Tuhan berkehendak Iain. Itulah kesaksian langsung dari sang nahkoda kapal tersebut, seorang warga jemaat GPIB di Makassar, di mana dulu saya pernah bertugas di sana.
 
Saudaraku, laut dan fenomena alam adalah suatu tanda yang mempresentasikan sesuatu di luar diri mereka, demikian ilmu semiotika berkata. Karena itu, Firman Tuhan malam ini mengajak kita untuk merenungkan bukan hanya “besar maupun luasnya laut, serta binatang-binatang yang kecil dan besar yang tidak terbilang banyaknya”. Bacaan ini juga mengajak kita ‘melihat’ sesuatu yang sedang dipresentasikan laut, yaitu, Sang Pemiliknya : Tuhan.
 
Barangkali terlintas pandangan berikut: “Ah, alamkan punya mekanismenya sendiri. Fenomena alam adalah bagian dari mekanisme itu. Jadi, itu tidak otomatis merujuk kepada Tuhan”. Pandangan tersebut sah dan baik, tetapi itu bukan tujuan dari Pemazmur, ketika merenungkan laut serta isinya, lalu menuliskannya di perikop ini. Karena Mazmur adalah Kitab Hikmat, maka Pemazmur bertujuan, agar setiap ayat yang direnungkan di dalamnya membentuk individu yang berhikmat. Berhikmat itu melampaui kepintaran. Berhikmat tidak anti kepintaran. Berhikmat memerlukan kepintaran, tetapi bukan sekadar pintar. Pintar plus, demikian istilah untuk orang berhikmat.
 
‘Melihat’ Sang Pemilik laut yang ada di balik fenomena alam dan lautan adalah bentuk berhikmat. Sedangkan kalau kepintaran hanya sampai kepada mekanisme alam dan tidak hingga ke Tuhan. Karena itu, jadilah pintar plus atau berhikmat. Sebab, yang pintar sudah banyak, demikian pula yang bodoh, tetapi orang berhikmat sangatlah jarang jumlahnya, bahkan di dalam gereja sekalipun. Pemazmur ingin setiap pembacanya menjadi berhikmat atau pintar plus.

KJ. 326 : 3, 4, 5

Doa : (Tuhan, sumber pengetahuan dan hikmat, tolong bantu aku untuk berhikmat. Tolong celikan mataku, agar mata dapat ‘melihat’ hikmat-Mu)

Scroll to Top